Gebrakan Zionis Lewat Deklarasi Balfour

Inggris memikul tanggung jawab sejarah atas penjajahan Israel terhadap Palestina.

Proklamator kemerdekaan Israel David Ben Gurion.

Gerakan Zionis tidak akan mampu mencapai tujuan mereka mengorbankan kemerdekaan dan hak menentukan nasib bangsa Palestina tanpa bantuan dari Kerajaan Inggris. Israel pernah dan masih menjadi pusat dari proyek-proyek Barat di Timur Tengah. Israel berutang terhadap Inggris yang memberi kesempatan mereka hidup dan berkembang di Palestina.

Ketika Kekhalifahan Usmaniyah masih berkuasa, para pemukim Yahudi Zionis asal Eropa sangat sedikit dan tidak pernah diberi kebebasan di Palestina. Kalau saja kerajaan ini masih berdiri setelah Perang Dunia Pertama berakhir, sangat mungkin negara Israel khusus bagi kaum Yahudi tidak akan pernah bisa terbentuk.

Situasi berubah total setelah Inggris mencaplok Palestina pada 1917. Masih di tahun itu, sebelumnya pada 2 November Zionisme mendapat jaminan hidup di Palestina lewat Dekalarasi Balfour dan akhirnya mengakibatkan petaka bagi rakyat Palestina hingga saat ini.

Surat itu dikirim oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour ke Federasi Zionis melalui pemuka Yahudi di Inggris Baron Walter Rothschild. Dalam risalah ini, pemerintah Inggris mengumumkan komitmennya terhadap Zionisme: “Pemerintah Yang Mulia memandang perlu membentuk sebuah negara bagi kaum Yahudi di Palestina dan akan memberikan upaya terbaik buat mencapai tujuan ini…”

Perkembangan paling penting adalah cita-cita mendirikan Israel seperti ditulis dalam Deklarasi Balfour juga dimasukkan ke dalam dokumen Mandat Inggris atas Palestina pada 1922 dan disetujui Liga Bangsa-Bangsa. Ini sebuah capaian politik dan propaganda spektakuler bagi gerakan Zionis. Padahal di masa itu, mereka merupakan minoritas di kalangan Yahudi.

Menariknya, dokumen ini dikritik oleh Sir Edwin Montagu, satu-satunya orang Yahudi dalam kabinet Perdana Menteri Inggris Lloyd George. Menteri Luar Negeri Urusan India ini menegaskan Yudaisme berbeda dengan Zionisme. Dia prihatin soal kemungkinan loyalitas ganda orang-orang Yahudi di negara itu. Dia mempertanyakan hak Federasi Zionis berbicara atas nama seluruh bangsa Yahudi.

Pada 1917 jumlah warga Yahudi di Palestina di bawah sepuluh persen dari total penduduk. Isi dari Deklarasi Balfour berakar dari politik kolonial rasis karena tidak menyebut soal rakyat Palestina, apakah muslim atau Nasrani, yang ketika itu berjumlah lebih dari 90 persen.

Apalagi mereka memiliki di atas 97 persen dari wilayah yang ingin diberikan Inggris kepada imigran-imigran Yahudi. Balfour malah menyebut rakyat Palestina ini sebagai masyarakat non-Yahudi di Palestina. Deklarasi Balfour juga bungkam mengenai hak-hak bangsa Palestina.

Didorong oleh Deklarasi Balfour, pada Januari 1919 tokh Zionis Inggris Chaim Weizmann menghadiri Konferensi Perdamaian paris di Prancis. Dia menyerukan Palestina adalah hak sejati bangsa Yahudi. Seruan ini muncul di saat prinsip ‘Penentuan Nasib Sendiri’ disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson bergema ke seluruh dunia. Lloyd George mendukung prinsip itu, namun di sisi lain dia menolak mengakui hak bangsa Palestina.

Deklarasi Balfour terbit saat Jenderal Edmund Allenby berusaha menguasai Yerusalem pada Perang Dunia Pertama. Di tahun itu pual terjadi perundingan intensif antara kelompok logi Zionis dengan para pejabat Kementerian Luar negeri Inggris dan anggota kabinet Lloyd George.

Pada 11 Desember 1917 Allenby menjejakkan kaki di Yerusalem dan berparade keliling Kota Tua. Dia merupakan orang Kristen pertama menguasai Yerusalem sejak Perang Salib di abad pertengahan. Allenby dan Lloyd George menyebut keberhasilan menguasai Yerusalem ini sebagai hadiah Natal bagi rakyat Inggris. “Perang Salib telah berakhir sekarang,” kata Allenby.

Allenby dan Balfour adalah dua orang Inggris begitu dihormati dan dipuja oleh Israel. Allenby dijadikan nama jembatan di atas Sungai Yordan dibangun oleh Allenby pada 1918 buat menggantikan jembatan tua peninggalan Kekhalifahan Usmaniyah. Allenby juga menjadi nama sebuah jalan di Ibu Kota Tel Aviv. Balfuria (merujuk pada nama Balfour) merupakan nama sebuah koloni Yahudi di selatan Nazareth dibentuk pada 1922. Permukiman Yahudi ketiga di Palestina juga diberi nama Balfour.

Pada 1917, Weizmann mengatakan, “Negara Yahudi di Palestina bakal menjadi pelindung Inggris, khususnya bagi terusan Suez.” Weizmann bersahabat karib dengan Perdana Menteri Afrika Selatan Jenderal Jan Smuts. penganjur pemisahan ras ini banyak terlibat dalam menyusun Deklarasi Balfour. Lloyd George dan Balfour dari kalangan Kristen Protestan meyakini bangsa Yahudi harus kembali ke Palestina sebelum kedatangan Sang Penyelamat.

Alkitab telah menjadi teks kunci buat menebus kolonisasi pemukim Yahudi Eropa di Palestina. Alkitab (agama) dan pedang (kekuatan), dua alat warisan Perang Salib dan kolonialisme Inggris, juga menjadi strategi utama Zionis sejak Israel berdiri pada 1948.

Sejak akhir abad ke-19, gerakan Zionis telah menikmati pengaruh luar biasa dalam koridor kekuatan Barat. Untuk pelbagai alasan, Israel menjadi kebijakan sentral negara-negara Barat di Timur Tengah. negara Zionis ini menjadi begitu amat penting bagi kebijakan Barat selepas Perang Dunia Kedua. Sokongan dana, militer, dan politik melimpah buat Israel seolah menjadi penebus atas genosida dilakukan pasukan Nazi Jerman.

Zionisme muncul di Eropa di akhir abad ke-19. Gerakan ini lahir saat imperialisme Eropa mencapai puncak dan dipengaruhi langsung oleh pan-Jermanisme. Zionisme berhasil menggabungkan nasionalisme Eropa Timur dan Eropa Tengah dengan kolonisasi pemukim Eropa serta Alkitab.

Dari awal sudah jelas, proyek restorasi Yahudi hanya bisa digapai lewat dukungan aktif dari negara-negara besar Eropa. Mulai Theodor Herzl hingga Chaim Weizmann dan David Ben Gurion, mereka menyadari gerakan Zionis tidak bisa berkembang tanpa sokongan kekuatan imperialis Eropa. “Jika Yang mulia Sultan memberikan Palestina kepada kami, kami akan membalas itu dengan mengatur seluruh keuangan Turki. Kami harus membangun sebagian tembok pertahanan bagi Eropa di Asia,” tulis Herzl.

Dalam pidatonya di depan komite bentukan Inggris diketuai Lord Peel pada 1936, Ben Gurion mengumumkan, “Alkitab adalah mandat kami.” Bagi Ben Gurion, Alkitab adalah teks utama dari Zionisme dan menjadi dasar pembentukan negara Israel. Alkitab telah menjadi alat bagi Zionisme buat melenyapkan bangsa Palestina.

Sejarawan asal Inggris Arnold Toynbee menggambarkan Balfour sebagai lelaki nakal. Dia yakin Balfour dan Lloyd George sadar Deklarasi Balfour bakal menjadi petaka bagi rakyat Palestina. Namun Inggris mendorong gelombang imigran Yahudi berkulit putih ke Palestina.

Tentu saja Inggris tidak berwenang secara hukum atau moral untuk menyerahkan wilayah bukan milik mereka kepada orang-orang tidak bermukim di sana. Deklarasi Balfour telah menyiapkan panggung bagi perjuangan Zionis mengambil alih wilayah Palestina dan masih berlangsung sampai sekarang. Selama 1914-1948, Inggris mengizinkan gerakan Zionis membawa ratusan ribu pemukim Yahudi dari Eropa, mendirikan ratusan permukiman, termasuk sejumlah kota besar, untuk meletakkan dasar politik, militer-keamanan, ekonomi, industri, demografi, budaya, dan akademik bagi negara Israel.

Setengah abad sebelum keluar Deklarasi Balfour, koloni kulit putih pertama disebut Kerem Avraham berdiri di Palestina, kini bagian dari Yerusalem. Permukiman ini dibangun oleh Konsul Inggris di Yerusalem James Finn bersama istrinya, Elizabeth Anne, pada 1855.

Finn berteman dekat dengan Anthony Ashley Cooper alias Earl of Shaftesbury, anggota parlemen terkemuka dari kelompok konservatif. Shaftesbury mengatakan restorasionisme Yahudi ke Palestina akan membawa keuntungan politik dan ekonomi bagi Kerajaan Inggris.

Dengan dukungan Lord Palmerston (kemudian menjabat menteri luar negeri Inggris), Shaftesbury mulai mempromosikan restorasi Yahudi ke Palestina di Inggris pada 1830-an. Dia juga membantu proses pembukaan Konsulat Inggris di Yerusalem pada 1839.

Restorasionisme Yahudi kian mendapat dukungan setelah PEF (Dana Eksplorasi Palestina) – lembaga dibentuk pada 1865 oleh ahli Alkitab, ahli geografi, pejabat militer dan intelijen, para pendeta – melakukan survei dan pemetaan. Mereka menyimpulkan di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa pernah berdiri Kuil Bukit tempat suci umat Yahudi di zaman Sulaiman. Peta dan hasil survei itu kini menjadi pegangan bagi para ahli purbakala Israel buat terus menggali di bawah Al-Aqsa untuk mnecari bukti Kuil Suci pernah berdiri di sana sebelumnya.

Ketika para pemukim Yahudi kulit putih pindah ke Palestina, sikap dan perilaku mereka terhadap penduduk asli seperti kaum kolonial terhadap bangsa jajahan. Orang-orang Palestina dianggap rendahan dan tidak beradab. Jumlah permukiman Yahudi awalnya sangat sedikit sampai akhirnya Inggris mencaplok Palestina pada 1917. Sejak saat itu, permukiman Yahudi berkembang sangat cepat.

Di masa ini, Zionis menyebut Palestina sebagai Tanah Suci Israel. Pemerintah kolonial Inggris menggunakan nama Eretz Israel (Tanah Israel) untuk semua dokumen resmi, seperti mata uang, perangko, buat menggantikan nama Palestina.

Hingga 1930-an, Deklarasi Balfour mempengaruhi gerakan Zionis untuk menerapkan prinsip kolonialisme terhadap Palestina dan memusnahkan etnis asli Palestina. Pada 1930, Weizmann (kemudian memimpin Organisasi Zionis Dunia dan the Jewish Agency Executive) mulai aktif mengkampanyekan gagasan mengusir orang-orang Arab dari wilayah Palestina.

Kolonisasi pemukim Yahudi kulit putih mencapai puncak dengan berdirinya negara Israel pada 1948. Sebuah harga kelewat mahal harus dibayar bangsa Palestina hingga kini.

Middle East Monitor/Faisal Assegaf

Leave a comment